Hal itu disampaikan pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Dr dr Endang Achadi MPH, selaku pembicara dalam Simposium Gizi Internasional 2009 dan Konferensi Gizi Klinik Asia Pasifik Ke-6 di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (12/10).
Menurut dia, kesalahpahaman masyarakat tergambar dari hasil penelitian pemahaman masyarakat tentang diet berimbang yang dilakukan di 10 kabupaten/kota di Indonesia pada 2009.
”Responden antara lain 100 siswa SD kelas IV dan V. Sebagian besar siswa menganggap diet seimbang adalah 4 sehat 5 sempurna. Mereka tahu vitamin itu penting, tetapi ada siswa yang berpendapat, buah-buahan yang murah tidak bervitamin, sementara buah mahal itu bervitamin. Yang paling mengkhawatirkan, para siswa itu menganggap susu lengkap,” kata Endang.
Ada murid tidak menganggap sumber karbohidrat selain nasi bisa dikonsumsi untuk menggantikan nasi. ”Mi, misalnya, dianggap sebagai lauk dan semua siswa jajan di sekolah,” katanya.
Para orangtua dan guru memahami diet seimbang sebagai 4 sehat 5 sempurna. ”Ada buku pelajaran IPA untuk kelas III dan kelas V mendefinisikan diet seimbang sebagai 4 sehat 5 sempurna. Tak ada penjelasan bahwa diet seimbang meliputi olahraga, atau minum banyak air. Ada buku menyatakan, anak harus minum susu karena kandungan gizi sayur berkurang saat dimasak. Timbul kesan, kandungan gizi susu tak berubah saat dimasak,” katanya.
Abstrak
Selaku penanya, ahli gizi dari Universitas Indonesia, Prof Dr Walujo Soerjodibroto Msc PhD SpGk(K) mengingatkan, slogan 4 Sehat 5 Sempurna adalah konsep gizi paling dikenal masyarakat dan memberi arahan tentang pola makan sehat. Konsep diet seimbang terlalu abstrak, teknis, juga bagi para ahli gizi.
”Kita selalu mengatakan, ibu hamil harus jalani diet seimbang, penderita penyakit tertentu jalani diet seimbang. Lalu apa pengertian diet seimbang? Jangan-jangan itu istilah yang tidak berarti apa-apa,” kata Walujo.
Dia menyatakan, dia bukan menolak pelurusan pemahaman pola makan dan hidup sehat, tetapi para ahli gizi seharusnya memberi arahan pola hidup yang lebih konkret daripada memakai istilah ”diet berimbang”.
”Saya tidak mengatakan konsep 4 Sehat 5 Sempurna itu sudah bagus. Namun, membuang konsep 4 Sehat 5 Sempurna dan menggantinya dengan konsep diet seimbang justru membingungkan. Istilah diet seimbang tidak memberikan acuan perilaku apa pun. Adapun 4 Sehat 5 Sempurna setidaknya memberikan arahan perilaku. Mungkin pengertian ’5 Sempurna’ itu yang perlu diganti, agar tidak menimbulkan persepsi, tidak minum susu itu tidak sehat,” kata Walujo.
sumber : http://kompas.com/
Posting Komentar